Cerpen - Cahaya Hidayah - Oleh: Astri
Cahaya Hidayah
Oleh Astri
Kiara Rahmani Fauziah, seorang gadis yang terlahir dari keluarga berada yang
di besarkan oleh ayah dan ibunya di kota metropolitan.
Ia adalah gadis yang baik, lugu dan solehah. Ia tidak pernah
lalai menghadap sang pencipta. Sholat lima waktu adalah kewajiban yang
senantiasa ia tunaikan, karena itulah pesan kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya yang telah mendidiknya
menjadi seperti itu. Namun itu
dulu. Sebelum ia mengenal kedua teman
barunya yaitu Ziana dan Fika.
Kedua
temannya adalah murid baru di sekolah.
Kebetulan mereka ditempatkan satu kelas di kelasnya Kiara. Awalnya mereka baik dan ramah. Mereka kemudian sangat akrab dengan
Kiara. Mereka sering bermain bersama,
hingga lama kelamaan Ziana dan Fika memperkenalkan sebuah kebiasaan yang justru
sangat tabu bagi Kiara. Narkoba dan
diskotik.
Kiara
awalnya menolak ketika kedua sahabatnya itu menawari barang haram itu. Namun bujuk rayu yang dilancarkan Ziana dan
Fika akhirnya meruntuhkan benteng keimanan yang telah ditanamkan kedua orangtua
Kiara.
"Kiara!!,kamu ini
anak perempuan. Nggak baik keluyuran sampai
larut malam begini, apa kamu tidak tau penjahat penjahat itu sering melakukan
aksinya pada malam hari?
Apakah
ayah pernah mengajarimu untuk seperti itu? Apa
kamu tidak takut dosa? Kamu juga mulai berani
memakai pakaian yang minim, nggak bisakah kamu meniatkan
hatimu untuk bertaubat
dan kembali ke jalan yang Allah
ridhoi? Apa
kamu ngga sayang sama ayah mu? Dengar ya,
SEHELAI SAJA RAMBUTMU KELIHATAN OLEH ORANG YANG BUKAN MAHRAM, MAKA SATU LANGKAH AYAH MENUJU NERAKA apa kamu
mau lihat ayah menderita atas kelalaian anak perempuan nya sendiri?!" ceramah panjang
lebar dari ayahnya kiara pada suatu malam. Ia nampak sangat
kesal dan marah.
"Udah deh ayah
ngga usah ceramah, kali ceramah itu di masjid
bukan di depan pintu,"
ucap kiara enteng,
membuat ayahnya kehabisan kata-kata.
Ia Cuma bisa menggelengkan kepala melihat tingkah
anaknya yang berubah menjadi
nakal
"Nak, nggak boleh bicara begitu
sama ayahmu saying,"
ucap bundanya lembut.
"Apaan sih, Bun
berisik! Udah ah, Kia
mau tidur." Setelah berbicara begitu
pada bundanya kiara pergi ke kamarnya. Kiara sudah tidak menghiraukan lagi kedua
orangtuanya. Namun sebenarnya hatinya
membatin. Dia lelah dengan semua ini,
namun susah untuk berlepas.
Bundanya
kiara datang ke kamar kiara dan
melihat anaknnya sedang tertidur pulas.
Lalu didekatinya Kiara, bunda mengusap
kepala Kiara dengan lembut dan berkata, "Kia, kenapa kamu begini nak? Apa salah Bunda
sama ayah? Bunda hanya bisa berdo’a
semoga kamu kembali menjadi Kiara yang dulu."
👑
Suatu hari di kelas kiara
kedatangan siswa baru. Ia bernama Naira
Nur Azizah. Ia sebangku
dengan kiara. Semenjak
itu kiara dan Naira
mulai akrab. Naira adalah gadis anggun
yang berjilbab. Ia selalu
memberikan sedikit demi sedikit masukan kepada kiara tentang berjilbab, tentang
larangan berpacaran, dan
tentang durhaka kepada kedua orangtua.
"Ara, kamu mau gini
terus tanpa jilbab? Rambut
kelihatan oleh yang bukan muhrimu,
apa kamu tidak risih di tatap para lelaki
seperti itu?"
ucap Naira pada kiara. Sebenarnya kiara merasa
risih jika ditatap seperti itu oleh para lelaki itu, tapi ia belum siap
jika harus berhijrah.
Hari demi hari kiara
lewati bersama Naira. Ia sudah berusaha untuk
tidak pergi ke club malam lagi,
meski sesekali ia masih pergi
ke sana. Ia mulai mengubah kebiasaan bicaranya, tak lagi kasar. Sekarang
kiara sedang berusaha untuk memakai jilbab. Kiara
juga sedang mencari cara supaya bisa putus dengan Zulfi, laki-laki yang sudah
menjadi pacarnya sejak tiga bulan yang lalu.
Pada satu pagi
yang sejuk, Kiara dan Naira berada di masjid dekat rumah Naira
yang sedang mengadakan kajian ramaja.
"Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32)
Apa
saja perbuatan yang tergolong MENDEKATI ZINA itu? Diantaranya adalah saling memandang, merajuk atau
manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll),
berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram..
Karena
unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu saja hal-hal yang di
dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang. Termasuk aktifitas yang
namanya "PACARAN"
Hal
ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits berikut,:
Dari
Ibnu Abbas r.a. dikatakan: "Tidak ada yang kuperhitungkan lebih
menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menentukan bagi anak
Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata
adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan
syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu
syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalil
di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an
berikut:"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali
bersama mahramnya."(H.R.
Bukhari dan Muslim)
"Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki
sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena
sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad). Ustadz Zaki yang mengisi kajian hari itu
dengan gamblang menjelaskan materi kajiannya hari itu.
Mendengar penjelasan itu,
sesekali Kiara
meneteskan airmata. Betapa selama ini
ia telah berpaling jauh dari Allah.
Sejak saat itu
Kiara bertekad untuk berubah. Hal
pertama yang ia lakukan adalah bertobat kepada Allah, kemudian meminta maaf
kepada kedua orangtuanya yang telah ia kecewakan selama ini.
Satu bulan
berlalu, Kiara sekarang menjadi sosok muslimah
yang memakai pakaian syar'i. Sama seperti naira. Ia juga sudah tidak berpacaran
lagi. Allah
sudah membukakan pintu hatinya dan
menurukan cahaya hidayah kepada Kiara.
Kini ia mantap kembali ke jalan yang
benar.
TAMAT
Astri. Penulis lahir di Bandung pada tahun 2003. Sebentar lagi akan menyelesaikan masa putih birunya di MTs. Darul Ihsan YUPPI. Mulai senang menulis sejak mengikuti ekstrakurikuler "Klub Menulis" di MTs. Darul Ihsan YUPPI.
Comments
Post a Comment