Cerpen - Keberhasilan yang Tertunda - Oleh: Meisya Anisa Salsabila
Keberhasilan Yang Tertunda
Oleh: Meisya Anisa Salsabila
Teetttttt.. teetttttt...
Suara
bel masuk berbunyi. Aku berjalan setengah lari menuju gerbang. Takut satpam
sudah menguncinya.
"Ehhh pak pak tunggu-tunggu jangan
dulu dikunci pak!" Aku berteriak kepada pak satpam.
"Sudah bel ini. Berarti waktunya
dikunci gerban nya. Lagian kamu kan telat jadi diem dulu diluar!" Ucap pak satpam
sewot.
"Ehh pak tunggu dong. Saya gak
telat, belnya
aja yang kecepetan."
"Bawa jam gak? Liat sekarang jam
berapa!"
"Nihh liat jam 06.55! Belum
waktunya bel ‘kan?
Berarti saya gak telat pak."
"Halahh.... ya sudah, ayo masuk! Pusing bapak kalo debat
sama kamu."
"Gitu dong pak."
Aku masuk dengan senyum kemenangan. Aku
memang telat sih. Jam tanganku
sengaja dikurangi 10 menit. Supaya kalo telat bisa
masuk hehe. Setiba di kelas semuanya
berisik. Aku duduk di bangku paling belakang sendiri. Semuanya sibuk dengan
urusan masing-masing. Aku membuka buku fisika dan membacanya. Kebetulan
pelajaran pertama fisika,
jadi kalau nanti ditanya bisa
jawab. Bu Leni datang, semuanya panik dan berlari ke bangku masing-masing. Bu
Leni langsung membuka materi, tetapi
sebelumnya mengumumkan sesuatu.
"Bulan Maret nanti akan ada
kejuaraan fisika tingkat provinsi. Kepala
sekolah ingin sekolah kita mengikuti kejuaraan itu. Kalo
ada yang mau, silakan
acungkan tangan."
Kejuaraan
fisika? Wuihhh... pelajaran favorit
nihh. Ikut gak ya? Tapi aku takut ngecewain sekolah. Tapi, kalau juara ‘kan bisa dapat beasiswa. Ikut aja
lah. Bismillah.
"Saya Bu!" Hanya aku yang
mengacungkan tangan. Semua tiba-tiba berisik
meremehkanku. Bodo amat! Yang
penting aku ikut.
"Rachel ikut? Oke. Ada lagi?" Kelas
hening. Hem, kayaknya cuma aku yang minat
deh.
"Dari kelas X IPA-1 ini cuma satu orang
yang berani?" Bu Leni bertanya. Hening.
"Ya sudahlah. Rachel
pulang sekolah ke perpustakaan ya. Ada bimbingan dari pak Andi."
"Iya Bu."
*Pulang
sekolah
Eh? Gak salah? Yang mau ikut cuma 5 orang?
Yahh gak seru nihh saingannya.
"Oke anak-anak kita mulai sekarang. Tapi
sebelumnya tulis nama kalian di buku absen."
Paling males kalau disuruh nulis nama.
Soalnya nama aku kepanjangan. R. Rachel Amanda Putri Bessara Dwi Ratna
Cahyo. Ngabisin ‘kan?
Pak Andi kaya yang kaget pas liat nama aku. Pak Andi memang tidak mengajar di kelas aku.
"Raden Rachel Amanda Putri Bessara
Dwi Ratna Cahyo. Coba yang mana?"
"Saya pak!"
"Beneran ini nama kamu?"
"Iya pak." Jawabku. Pak Andi sedikit mengernyitkan dahi.
"Oke lah. Kita mulai."
2
jam berlalu. Pak Andi menutup materi dan menyuruh kami pulang. Sampai rumah
aku langsung menuju
kamar. Aku buka buku fisika
dan mengulang materi bimbingan tadi. Ibu
kasih tau jangan ya? Tapi kalau gak terpilih buat mewakili sekolah bakal
malu nanti. Tapi aku perlu semangat dari ibu. Kasih tau aja deh.
"Ibuuu."
"Iyaa?"
"Rachel ikut seleksi kejuaraan
fisika tingkat provinsi!"
"Wahh bagus dong. Kapan lombanya?"
"Pertengahan Maret Bu!"
"Ya udah kalau begitu
fokus belajar ya. Main hpnya dibatasi."
"Iya Bu siap! Oh iyaa terus Rachel
setiap pulang sekolah bimbingan sama pak Andi Bu. Jadi pulangnya sore."
"Ohh iyaa. Semangat ya."
"Oke Bu!"
Setelah
2 pekan bimbingan. Hari
ini adalah ujian seleksi pertama. Awalnya sih deg-degan. Tapi aku optimis. Pasti
bisa! Bener aja, pas
mengerjakan soal, yang lain bengong, aku santai aja. Setelah selesai,
pak Andi mengumumkan perwakilan sekolah kami ada dua orang. Dan
aku lolos seleksi bersama Citra dari kelas X IPA-2!
Wohh!
Rasanya senang
sekali. Aku
segera pulang ke rumah. Buru-buru aku mencari
ibu.
"Ibu! Ibu!"
"Apa sih chel ahh ribut
banget."
"Rachel terpilih buat kejuaraan
fisika!”
"Wuihhh hebat! Makin semangat ya!"
"Siap Bu!"
Tak
terasa, sekarang
sudah bulan Maret. Kejuaraan fisika semakin dekat. Katanya tanggal 12 Maret. Dan
hari ini tanggal 10! 2 hari lagi! Let’s fight!
Tempat
kejuaraan fisika tingkat provinsi di SMAN 03 Bandung. Aku dan Citra beda ruang.
Aku takut gak bisa. Ehh apa sih chel, bisa kok pasti bisa! Bismillahirrahmanirrahim. Saat
mengerjakan soal, awalnya
aku dengan mudah mengerjakannya. Tapi soalnya semakin
sulit. Aku lupa belajar bagian ini! Gimana ini? Waktu nya sebentar lagi. Apa
aku kosongin aja? Tapi nanti mengurangi
nilai. Aku isi aja lah. Bismillah. Pengawas
mengatakan waktunya sudah habis. Semua peserta mengumpulkan lembar jawaban
masing-masing.
Jantung
ku berdegup dengan kencang. Aku cemas, takutnya gak masuk ke tingkat
nasional. Setelah 1
jam aku menunggu, akhirnya
MC mengumumkan juaranya.
"Juara 3, diraih oleh Dinda Kirana
Larasati dari SMU Insan Kamil.” Ucap MC disusul gemuruh tepuk tangan.
“Juara 2 Kirana Nur
Rahayu dari SMA Saka.” Gemuruh tepuk tangan kembali menggema.
“Dan juara 1 adalah...."
Siapa ya? Aku takut.
"Maryam Ananda Putri dari SMAN 01
Bandung."
Seketika tubuhku lemas. Serasa mau
pingsan. Kenapa bisa gak masuk? Perasaan tadi aku jawabnya bener semua. Ahhhh....
Sesampainya
di rumah aku pergi ke kamar lalu membanting pintu dengan keras. Aku menangis
sejadi-jadinya. Tangisanku sampai terdengar oleh ibu. Ibu mengetuk pintu, tapi aku langsung
menguncinya.
"Jangan ganggu! Aku mau sendirian!"
Aku melamun, menangis, melamun, menangis lagi. Seperti
itulah rutinitasku selama sepekan
ini di kamar. Aku hampir tidak pernah
makan. Ibu sudah tidak bisa menangani aku. Dan pada hari Senin, pak Andi datang ke
rumah.
"Rachel, kenapa? Kenapa cuma
gara-gara kamu gagal
juara sampai
kamu tidak mau sekolah? Jangan
sampe stress cuma gara-gara ini."
"Cuma pak? Cuma? Rachel udah dipercaya
buat mewakili sekolah. Dan
ini bukan kejuaraan biasa! Ini tingkat provinsi! Rachel
malu pak! Rachel
malu gak bisa mengharumkan nama sekolah!" Ucapku setengah
berteriak. Pak Andi tersenyum sambil
menggelengkan kepala.
"Begini ya Chel,
angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, tetapi menguji kekuatan
akarnya. Ya sudah, bapak
pamit ya. Maaf
bapak tidak bisa lama-lama. Bapa minta kamu pahami
dan renungi kata-kata bapak
tadi ya." Ujar pak Andi seraya beramitan.
Kata-kata pak Andi tadi, membuatku berpikir. Ada
benarnya juga. Kegagalan ini bukanlah
akhir dari perjuangan. Masih banyak hal lain
yang harus aku perjuangkan. Aku masih bisa menang
dalam lomba yang lain. Kegagalan kali ini
adalah kebangkitan. Aku akan berusaha
sebaik mungkin agar mendapatkan yang terbaik. Dan
suatu hari nanti,aku akan sukses dan berhasil menjadi diriku yang terbaik.
Semoga saja. Aamiin.
Man Jadda wajada.
“ANGIN TIDAK BERHEMBUS
UNTUK MENGGOYANGKAN PEPOHONAN.
MELAINKAN
MENGUJI KEKUATAN AKARNYA.”
-ALI BIN ABI THALIB-
Biodata Penulis
Meisya Anisa Salsabila. Penulis lahir di Bandung, 12 Mei 2005. Pernah belajar di SDN Karang Setra lalu melanjutkan sekolah ke MTs. Darul Ihsan YUPPI. Sekarang penulis tercatat sebagai siswi di kelas VIII A. Mulai gemar menulsi sejak kelas V SD dan baru berani mempublikasikan tulisannya sejak mengikuti ekstrakurikuler "Klub Menulis" di MTs. Darul Ihsan YUPPI.
Comments
Post a Comment